Pasar saham Indonesia mengalami penurunan signifikan pada perdagangan hari ini, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kerugian lebih dari 1%. Penurunan ini dipengaruhi oleh keputusan The Federal Reserve (The Fed) yang mempertahankan suku bunga acuan AS di kisaran 4,25% hingga 4,50%, serta dampak dari ketidakpastian ekonomi global. Selain itu, tekanan juga datang dari dalam negeri, di mana cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan tajam akibat pembayaran utang luar negeri dan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah oleh Bank Indonesia.
Pergerakan pasar saham Indonesia pada Rabu sore menunjukkan tren negatif yang cukup kuat. IHSG turun sebesar 1,07%, berakhir di level 6.852,29. Dari total saham yang diperdagangkan, sebanyak 410 saham anjlok nilainya, sementara hanya 235 saham yang naik. Aktivitas transaksi mencapai Rp 11,39 triliun dengan melibatkan lebih dari 31 miliar saham.
Kinerja buruk pasar saham Indonesia kali ini tidak lepas dari pengaruh kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat. Pada Kamis dini hari WIB (8/5/2025), The Fed secara resmi mengumumkan pemeliharaan suku bunga acuan AS untuk bulan Mei ini. Keputusan ini merupakan upaya The Fed untuk merespons ketidakpastian yang meningkat akibat penerapan tarif impor besar-besaran oleh Presiden Donald Trump, yang diumumkan awal bulan ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, The Fed telah melakukan serangkaian kenaikan suku bunga untuk mengendalikan inflasi. Namun, setelah periode panjang mempertahankan tingkat suku bunga di angka 5,25%-5,50%, bank sentral AS memutuskan untuk menurunkannya kembali pada September 2024 dan dilanjutkan pada dua bulan berikutnya. Total penurunan suku bunga mencapai 100 basis poin selama tahun tersebut.
Tepat di saat yang sama, kondisi dalam negeri juga menjadi faktor pendorong penurunan IHSG. Cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan signifikan pada April 2025, menyentuh angka US$ 152,5 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan upaya Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketegangan pasar keuangan global.
Meskipun demikian, BI tetap optimistis bahwa cadangan devisa yang tersisa masih cukup untuk mendukung ketahanan ekonomi nasional. Dengan posisi cadangan yang dapat menutupi pembiayaan sekitar 6,4 bulan impor, BI yakin bahwa langkah-langkah yang diambil akan membantu menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan secara keseluruhan.
Penurunan IHSG hari ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar saham Indonesia terhadap perubahan kebijakan global maupun dinamika domestik. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan moneter AS dan langkah-langkah fiskal pemerintah Indonesia memperlihatkan pentingnya strategi mitigasi risiko bagi para pelaku pasar. Di tengah semua ini, harapan tetap ada bahwa langkah-langkah yang diambil oleh otoritas terkait akan membantu pulihnya kepercayaan investor dalam jangka panjang.