Bank Indonesia (BI) telah merencanakan persediaan uang tunai sebesar Rp 180,9 triliun untuk mendukung tradisi penukaran uang baru saat perayaan Idul Fitri tahun 2025. Jumlah ini mencakup hampir seperempat dari total kebutuhan uang kartal dalam setahun. Meskipun lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya, BI menjamin distribusi yang lebih luas dan efisien. Deputi Gubernur BI, Doni Primanto Joewono, menjelaskan bahwa penurunan pasokan disebabkan oleh perkiraan peningkatan transaksi nontunai. Selain itu, batas nilai penukaran ditingkatkan menjadi Rp 4,3 juta untuk mengurangi antrean panjang.
Dalam persiapan menyambut hari raya Idul Fitri 2025, Bank Indonesia (BI) telah menyiapkan dana tunai senilai Rp 180,9 triliun. Angka ini mewakili hampir 25% dari total kebutuhan uang kartal selama satu tahun. Walaupun lebih rendah dibandingkan dengan jumlah Rp 197,6 triliun pada tahun lalu, Doni Primanto Joewono, Deputi Gubernur BI, menegaskan bahwa hal ini disebabkan oleh pertimbangan peningkatan transaksi nontunai.
Persiapan ini dilakukan melalui program Semarak Rupiah Ramadan dan Berkah Idulfitri (SERAMBI). Distribusi akan dimulai pada tanggal 3 Maret hingga 27 Maret. Untuk memastikan akses yang lebih luas, BI telah merancang tiga metode distribusi: layanan keliling reguler, termasuk tempat ibadah seperti masjid; kerja sama dengan bank-bank di lokasi tetap seperti Monumen Nasional (Monas); dan layanan tematik di kantor atau bazaar Ramadan. Program ini mencakup lebih dari 4.000 titik layanan, termasuk 1.200 titik yang ditangani langsung oleh BI.
Selain itu, BI juga meningkatkan batas nilai penukaran uang dari Rp 3 juta menjadi Rp 4,3 juta untuk mengurangi keramaian dan antrian panjang. Proses penukaran tetap menggunakan aplikasi Pintar untuk memastikan transaksi yang teratur dan transparan.
Sebagai tambahan, BI berharap inisiatif ini dapat memfasilitasi masyarakat dalam melakukan penukaran uang baru secara lebih mudah dan efisien.
Dari sudut pandang seorang jurnalis, langkah ini menunjukkan komitmen kuat BI dalam mendukung tradisi budaya sambil mendorong adopsi teknologi digital. Ini bukan hanya tentang memudahkan proses penukaran, tetapi juga membantu masyarakat beradaptasi dengan metode pembayaran modern. Dengan demikian, BI tidak hanya memenuhi kebutuhan tradisional, tetapi juga merangsang transformasi digital di sektor keuangan.