Dalam perkembangan terbaru, mata uang rupiah mengalami penurunan nilai relatif terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah Bank Indonesia memutuskan untuk menahan suku bunga acuan. Nilai tukar rupiah ditutup pada angka Rp16.330 per dolar AS, mengalami pelemahan sebesar 0,37%. Situasi ini berlanjut dari tren negatif yang sama pada hari sebelumnya. Meskipun indeks dolar AS mengalami sedikit penurunan, keputusan Bank Indonesia tetap mencerminkan sikap konservatif dalam kebijakan moneter.
Nilai tukar rupiah mengalami penurunan signifikan setelah Bank Indonesia memilih untuk tidak mengubah suku bunga acuan. Hal ini menunjukkan bahwa pasar merespons dengan cepat terhadap keputusan tersebut. Penurunan nilai rupiah ini sejalan dengan kondisi ekonomi global yang fluktuatif, di mana mata uang emerging market seringkali lebih rentan terhadap perubahan kebijakan bank sentral.
Berdasarkan data dari Refinitiv, rupiah ditutup pada posisi Rp16.330 per dolar AS, turun 0,37% dibandingkan hari sebelumnya. Pelemahan ini mencerminkan ketidakpastian pasar dan reaksi terhadap kebijakan Bank Indonesia. Meski demikian, indeks dolar AS (DXY) juga mengalami penurunan tipis sebesar 0,12% pada pukul 15:03 WIB, namun dampak utama masih dirasakan oleh rupiah. Keputusan ini sejalan dengan ekspektasi mayoritas lembaga finansial yang memproyeksikan Bank Indonesia akan menahan suku bunga di level 5,75%.
Pasar finansial bereaksi terhadap keputusan Bank Indonesia dengan melemahnya nilai tukar rupiah. Meski ada beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi, kebijakan moneter domestik tetap menjadi fokus utama. Respons ini menunjukkan bahwa pasar sangat sensitif terhadap kebijakan bank sentral, terutama dalam konteks mata uang emerging market seperti rupiah.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa Rapat Dewan Gubernur (RDG) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate pada level 5,75%. Keputusan ini didasarkan pada evaluasi ekonomi makro dan stabilitas sistem keuangan. Meskipun indeks dolar AS mengalami penurunan, pelemahan rupiah tetap mencolok. Ini mencerminkan kompleksitas dinamika pasar valuta asing dan pentingnya koordinasi kebijakan antara bank sentral dan otoritas keuangan lainnya untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.