Pasar keuangan di wilayah Asia mengalami tekanan akibat ketegangan antara dua negara adidaya dunia. Kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh pemerintahan Amerika Serikat terhadap produk-produk China telah menciptakan atmosfer ketidakpastian bagi para pelaku pasar. Pada hari sebelumnya, berbagai indeks utama di kawasan ini menunjukkan penurunan signifikan sebagai respons terhadap pengenaan tarif tambahan. Indeks S&P/ASX 200 dari Australia turun lebih dari satu persen, sementara Nikkei 225 Jepang melorot hampir tiga setengah persen.
Kondisi pasar semakin diperburuk dengan kebijakan ekonomi yang memperpanjang dampak negatif. Produk impor dari China akan dikenai beban pajak yang lebih tinggi, meningkatkan biaya hingga mendekati angka seratus persen secara kumulatif. Hal ini membuat investor khawatir tentang potensi dampak jangka panjang pada pertumbuhan ekonomi global. Selain itu, indeks Hang Seng Hong Kong juga merosot hampir tiga persen, dan sektor teknologi mengalami penurunan yang lebih dalam. Para analis memprediksi bahwa langkah-langkah ini dapat memicu perubahan strategi investasi secara luas.
Situasi ini juga membawa perhatian pada kebijakan moneter di negara-negara berkembang seperti India. Bank sentral India diproyeksikan untuk menurunkan suku bunga guna mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. Langkah ini diharapkan dapat memberikan stimulus bagi aktivitas bisnis dan konsumsi rumah tangga. Di Amerika Serikat sendiri, ketegangan perdagangan telah menyebabkan pelemahan pasar saham, dengan Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 mengalami kerugian signifikan. Meskipun tantangan saat ini tampak besar, inovasi dan adaptasi dalam sistem keuangan global tetap menjadi kunci untuk menjaga stabilitas ekonomi dunia.