Pada akhir bulan Februari, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan. IHSG ditutup dengan koreksi 0,78% pada perdagangan Senin, 24 Februari 2025. Transaksi mencapai nilai yang cukup tinggi, tetapi mayoritas saham bergerak di zona merah. Sektor teknologi menjadi satu-satunya pengecualian dengan kenaikan tertinggi, didorong oleh beberapa saham unggulan. Investor asing juga melakukan aksi jual bersih yang cukup besar, terutama pada sektor perbankan.
Pada hari Senin, 24 Februari 2025, di tengah suasana ekonomi yang dinamis, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta mengakhiri pekan terakhir Februari dengan catatan merah. IHSG melemah 0,78%, menetap di angka 6.749,60. Aktivitas perdagangan mencatat transaksi hingga Rp 12,18 triliun, melibatkan lebih dari 33 miliar saham dalam 1,22 juta kali transaksi.
Di antara 792 saham yang diperdagangkan, hanya 223 saham yang berhasil mencatat kenaikan, sementara 351 saham mengalami penurunan dan 218 lainnya stagnan. Mayoritas sektor industri mengalami pelemahan, kecuali sektor teknologi yang menunjukkan performa positif, didorong oleh lonjakan saham DCI Indonesia (DCII). Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) juga memberikan dukungan kuat, sedangkan Barito Renewables Energy (BREN) dan Amman Mineral Internasional (AMMN) menjadi penyebab utama penurunan indeks.
Aksi jual asing mencapai Rp 3,47 triliun, dengan rincian Rp 656,18 miliar di pasar reguler dan Rp 2,82 triliun di pasar negosiasi dan tunai. Emiten perbankan seperti BBCA, BMRI, dan BBNI menjadi target utama aksi jual ini, dengan BBCA memimpin penjualan bersih sebesar Rp 242,15 miliar, disusul oleh BMRI sebesar Rp 77,57 miliar, dan BBNI sebesar Rp 64,55 miliar.
Dari perspektif seorang jurnalis, situasi ini mengingatkan kita akan pentingnya diversifikasi investasi. Penurunan IHSG menunjukkan bahwa meskipun ada sektor yang masih kuat, seperti teknologi, investor harus tetap waspada dan bijak dalam mengambil keputusan. Selain itu, aksi jual asing yang signifikan mengindikasikan adanya ketidakpastian global yang mempengaruhi pasar modal Indonesia. Penting bagi investor untuk tetap memantau kondisi pasar dan membuat strategi yang tepat untuk menghadapi fluktuasi yang tidak terduga.