Logam mulia emas saat ini menjadi primadona di kalangan investor karena tren kenaikan harga yang signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor global seperti ketegangan perdagangan, ancaman resesi, pelemahan nilai dolar AS, kebijakan bank sentral, serta pembelian besar-besaran oleh bank-bank sentral dunia. Dalam situasi ketidakpastian ekonomi, emas terbukti sebagai aset safe haven yang sangat dicari.
Beberapa faktor utama yang mendorong kenaikan harga emas antara lain perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, risiko perlambatan ekonomi global, pelemahan dolar AS, kebijakan The Fed yang memotong suku bunga, dan aktivitas pembelian emas oleh bank-bank sentral untuk mendiversifikasi cadangan devisa mereka. Semua ini menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi logam mulia ini.
Situasi geopolitik dan ekonomi global yang tidak menentu telah membuat emas menjadi incaran para pelaku pasar. Ketegangan perdagangan antara dua negara besar serta potensi resesi global telah meningkatkan minat terhadap emas sebagai aset pelindung nilai.
Pasar global tengah menghadapi tantangan besar akibat kebijakan proteksionis dari Amerika Serikat, termasuk pemberlakuan tarif impor yang meluas. Langkah ini tidak hanya memicu ketegangan perdagangan dengan Tiongkok tetapi juga memberikan dampak luas pada stabilitas ekonomi global. Investor mulai khawatir akan kemungkinan resesi di beberapa negara maju, sehingga mereka beralih ke emas sebagai benteng terhadap volatilitas pasar. Selain itu, pelemahan nilai dolar AS semakin membuat emas menarik bagi investor internasional karena harga emas relatif lebih murah dalam mata uang lokal mereka.
Di tengah ketidakpastian ini, emas berperan sebagai aset safe haven yang dapat menjaga nilai meskipun kondisi ekonomi global sedang lesu. Ketegangan geopolitik yang berkepanjangan, seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, telah memperparah ketidakstabilan pasar finansial. Para analis menyebut bahwa kebijakan tarif yang dilakukan oleh Amerika Serikat, meskipun sempat dijeda sementara, telah meningkatkan risiko resesi. Misalnya, Goldman Sachs awalnya memperkirakan probabilitas resesi sebesar 35%, namun setelah kebijakan baru diterapkan, angka tersebut naik hingga 45%. Sementara itu, JP Morgan bahkan lebih pesimistis dengan proyeksi risiko resesi mencapai 60%. Kondisi ini secara langsung mendorong permintaan global terhadap emas sebagai pelindung nilai.
Selain faktor ekonomi global, kebijakan moneter dan tindakan bank sentral juga memiliki andil besar dalam peningkatan harga emas. Melambatnya pertumbuhan ekonomi AS dan kebijakan suku bunga rendah oleh The Fed turut berkontribusi pada reli harga emas.
Melambatnya perekonomian AS telah memaksa The Federal Reserve (The Fed) untuk mempertimbangkan pemotongan suku bunga lebih cepat dan lebih dalam daripada rencana awal. Keputusan ini memiliki dampak positif bagi harga emas karena suku bunga rendah cenderung melemahkan dolar AS dan menurunkan imbal hasil obligasi Treasury AS. Dengan dolar AS yang lebih lemah, emas menjadi lebih menarik bagi investor internasional. Selain itu, bank-bank sentral di seluruh dunia juga ikut berperan dalam peningkatan permintaan emas. Data dari World Gold Council menunjukkan bahwa pada tahun 2024, bank sentral membeli sekitar 1.045 ton emas untuk cadangan mereka, hampir mendekati rekor tertinggi sepanjang masa. Aktivitas ini bertujuan untuk mendiversifikasi cadangan devisa dan mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
Kebijakan suku bunga rendah oleh The Fed bukan hanya mempengaruhi nilai tukar dolar AS tetapi juga membuka peluang bagi investor untuk memilih aset bebas bunga seperti emas. Selain itu, langkah bank sentral dunia untuk menambah cadangan emas mereka mencerminkan upaya strategis untuk mengamankan stabilitas moneter nasional. Pembelian emas oleh bank sentral terus berlanjut, dengan jumlah 18 ton pada Januari 2025 dan meningkat menjadi 29 ton pada bulan Februari 2025. Fenomena ini menunjukkan betapa pentingnya emas sebagai alat lindung nilai dalam situasi krisis ekonomi global. Dengan banyaknya faktor penyebab, baik dari sisi ekonomi maupun geopolitik, emas telah berhasil mempertahankan posisinya sebagai salah satu aset paling dicari di tengah ketidakpastian pasar global.