Masuknya penghujung bulan Ramadan membawa kesempatan bagi umat Islam untuk merenung dan mempersiapkan diri menyambut hari raya Idulfitri. Di momen ini, kultum atau kuliah tujuh menit menjadi sarana refleksi spiritual yang sangat penting. Kultum ini biasanya diadakan dalam berbagai kesempatan selama Ramadan, seperti sebelum berbuka puasa, saat salat tarawih, hingga menjelang subuh. Berikut beberapa tema kultum yang menginspirasi jemaah menjelang hari kemenangan.
Dalam perjalanan spiritual menuju hari raya, kultum seringkali mengambil tema tentang makna Idulfitri sebagai hari kemenangan setelah sebulan penuh beribadah. Salah satu contoh pesan dalam kultum adalah bahwa Idulfitri bukan hanya soal merayakan akhir Ramadan, tetapi juga momentum untuk mendapatkan ampunan Allah dan melanjutkan nilai-nilai kebaikan yang telah ditanamkan selama bulan suci. Dalam salah satu hadits, disebutkan bahwa malaikat akan memberikan anugerah besar kepada orang-orang yang telah menjalankan ibadah dengan baik selama Ramadan.
Berada di Indonesia, para penceramah sering kali menggunakan momen ini untuk mengajak jemaah merenung atas pencapaian mereka selama Ramadan. Contoh pertama dari kultum tersebut menggarisbawahi pentingnya bersyukur atas nikmat Allah, serta harapan agar dosa-dosa yang lalu dapat dimaafkan. Contoh kedua menekankan bahwa Idulfitri adalah waktu untuk kembali pada fitrah, yakni kebersihan hati, dan melanjutkan amal kebaikan bahkan setelah Ramadan usai. Sementara itu, contoh ketiga menyoroti pentingnya zakat fitrah sebagai bagian dari membersihkan jiwa dan berbagi kebahagiaan dengan sesama.
Di penghujung bulan Ramadan yang penuh berkah, suasana malam semakin terasa sakral dengan adanya ritual kultum. Pada malam-malam di Indonesia, para penceramah biasanya mengambil momen ini untuk mengingatkan jemaah tentang pentingnya menjaga ketakwaan meskipun bulan suci sudah berlalu. Kultum pertama, misalnya, mengingatkan bahwa hari raya bukan sekadar perayaan, tetapi juga titik awal untuk lebih dekat dengan Tuhan. Dalam kultum kedua, penceramah menekankan bahwa bulan Ramadan adalah peluang untuk membersihkan dosa dan memperbarui komitmen hidup berlandaskan nilai-nilai agama. Sementara itu, kultum ketiga mengajak jemaah untuk mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah.
Semua tema ini dilandasi oleh keyakinan bahwa Idulfitri bukanlah akhir dari perjalanan spiritual, melainkan awal dari perjalanan baru yang lebih baik. Melalui kultum-kultum ini, diharapkan jemaah dapat memperdalam iman mereka dan terus menjalankan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
Dari perspektif seorang jurnalis maupun pembaca, kultum jelang Idulfitri mengingatkan kita semua bahwa keberhasilan dalam ibadah tidak hanya ditentukan oleh durasi, tetapi juga niat dan konsistensi. Setiap kata dalam kultum mengandung dorongan untuk terus berkarya dalam kebaikan dan menjaga hubungan baik dengan sesama manusia. Dengan demikian, kultum ini menjadi penyemangat untuk terus maju tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur yang telah diperoleh selama Ramadan.