Bisnis Lulu Hypermarket dimulai pada tahun 1990-an oleh Yusuff Ali, seorang pebisnis asal India yang sukses membangun kerajaan ritel internasional. Saat ini, ia dikenal sebagai salah satu pemilik perusahaan ritel terbesar di dunia dengan pendapatan mencapai US$ 7,3 miliar. Keberhasilan ini tidak lepas dari inovasi yang diterapkan dalam menyediakan berbagai produk berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif.
Yusuff Ali melihat peluang besar ketika permintaan pasar ritel berkualitas meningkat di Timur Tengah. Ia berhasil menghadirkan konsep baru dalam ritel modern yang tidak hanya menjual barang-barang kebutuhan rumah tangga tetapi juga elektronik dan produk lainnya dalam satu atap. Strategi ini menjadi ciri khas Lulu Hypermarket hingga saat ini.
Di tengah kesuksesannya di pasar internasional, kabar penutupan gerai Lulu Hypermarket di Indonesia semakin santer terdengar. Salah satu alasan utama adalah persaingan sengit di sektor ritel lokal. Banyak perusahaan lokal maupun internasional yang menawarkan produk serupa dengan strategi pemasaran lebih agresif.
Selain itu, tren belanja online yang semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia juga menjadi tantangan besar bagi bisnis ritel tradisional seperti Lulu Hypermarket. Kehadiran platform digital telah mengubah cara konsumen berbelanja, sehingga banyak gerai fisik yang kesulitan bersaing dalam hal efisiensi dan kemudahan akses.
Seiring dengan rencana penutupan, Lulu Hypermarket telah melakukan langkah-langkah strategis untuk menghabiskan stok produk yang tersisa. Program diskon besar-besaran diluncurkan di berbagai cabang, termasuk Sawangan dan Cakung. Diskon hingga 80% menjadi daya tarik utama bagi konsumen yang ingin memanfaatkan momen ini.
Tidak hanya itu, tampilan toko pun mulai berubah dengan pengosongan rak-rak produk. Beberapa bagian seperti area makanan beku, minuman manis, serta F&B sudah sepenuhnya ditutup. Perubahan ini menunjukkan bahwa proses penutupan telah dimulai secara bertahap, meskipun masih ada beberapa produk yang tersisa di rak tertentu.
Kesuksesan Yusuff Ali tidak lepas dari inspirasi dua tokoh besar dalam hidupnya, yaitu Nabi Muhammad dan Mahatma Gandhi. Nabi Muhammad memberikan pelajaran tentang kejujuran dan keikhlasan dalam menjalankan usaha. Nilai-nilai ini menjadi fondasi kuat bagi Yusuff Ali dalam membangun kerajaan ritelnya.
Sementara itu, Mahatma Gandhi mengajarkan pentingnya memperlakukan pelanggan sebagai raja. Prinsip ini membuat Yusuff Ali selalu berusaha memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen dengan menyediakan produk-produk berkualitas tinggi. Pendekatan ini membawa Lulu Hypermarket meraih kepercayaan dari jutaan pelanggan di seluruh dunia.
Penutupan Lulu Hypermarket di Indonesia tentunya akan memberikan dampak signifikan terhadap pasar ritel lokal. Pertama, ribuan karyawan yang bekerja di berbagai cabang dapat terkena dampak langsung berupa pemutusan hubungan kerja (PHK). Situasi ini memicu kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi mikro di daerah-daerah tempat gerai beroperasi.
Kedua, pelanggan setia Lulu Hypermarket harus mencari alternatif baru untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Hal ini dapat memberikan peluang bagi pesaing lokal maupun internasional untuk menarik perhatian konsumen dengan menawarkan produk serupa atau bahkan lebih baik.