Berita
Pentingnya Moderasi Beragama dalam Mewujudkan Harmoni Sosial
2025-05-07

Philip Kuntjoro Widjaja, Ketua Umum Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), menyoroti pentingnya moderasi beragama sebagai strategi untuk mencegah ideologi ekstrem dan membangun perdamaian. Dalam perayaan Hari Raya Waisak 2025, ia menekankan bahwa pengendalian diri dan kebijaksanaan adalah kunci untuk menciptakan dunia yang lebih damai. Selain itu, Philip juga mengajak generasi muda dari berbagai agama untuk bekerja sama demi kebaikan bersama.

Moderasi beragama dianggap sebagai pendekatan yang efektif untuk meredam konflik dan membangun kesadaran kolektif tentang hidup berdampingan dengan hormat. Perayaan Waisak bukan hanya momen spiritual tetapi juga ajang refleksi nilai-nilai sosial yang mendalam.

Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan Sebagai Fondasi Perdamaian

Dalam konteks harmoni sosial, Philip menjelaskan bahwa pengendalian diri dan kebijaksanaan menjadi elemen penting untuk mewujudkan perdamaian. Ia menyatakan bahwa prinsip ini dapat dibandingkan dengan seni mengemudi, di mana seseorang harus mampu menyesuaikan tindakannya sesuai situasi dan kondisi sekitar. Pengendalian diri tidak hanya berkaitan dengan pemberhentian, tetapi juga kemampuan untuk beradaptasi dan menjaga keseimbangan.

Pada intinya, pengendalian diri melibatkan sikap introspektif serta keterbukaan terhadap perbedaan. Pendekatan ini mengajarkan individu untuk tidak hanya menghindari konflik tetapi juga membangun hubungan yang didasarkan pada penghormatan dan empati. Melalui pemahaman ini, masyarakat dapat belajar untuk saling mendukung tanpa mengabaikan nilai-nilai individual atau kelompok. Dengan kata lain, kebijaksanaan yang ditekankan dalam perayaan Waisak mengajak setiap orang untuk mengembangkan kesadaran akan dampak tindakan mereka terhadap lingkungan sosial dan fisik. Hal ini menciptakan fondasi kuat bagi perdamaian global.

Sinergi Generasi Muda dalam Memperkuat Moderasi Beragama

Philip juga menyoroti peran vital generasi muda dalam memperkuat semangat moderasi beragama. Menurutnya, kolaborasi lintas agama antara kaum muda sangat diperlukan untuk membangun dunia yang lebih inklusif dan toleran. Dengan mengambil bagian aktif dalam dialog interreligius, para pemuda dapat membawa perubahan positif dalam masyarakat.

Moderasi beragama, sebagai gagasan yang berpijak pada nilai tengah tanpa condong ke kanan atau kiri, memberikan kerangka berpikir yang ideal untuk mempertahankan persatuan bangsa. Philip menekankan bahwa upaya ini tidak hanya bermanfaat bagi satu kelompok saja, tetapi juga untuk seluruh elemen masyarakat. Dengan melibatkan generasi muda, diharapkan nilai-nilai tersebut dapat diteruskan dan dikembangkan secara berkelanjutan. Melalui pendidikan dan partisipasi aktif, masyarakat dapat membangun kesadaran kolektif yang menghargai perbedaan serta mendorong kerja sama lintas budaya dan agama.

more stories
See more