Pasar
Situasi Geopolitik Mengancam Stabilitas Harga Minyak Mentah
2025-04-09

Pasar minyak mentah global mengalami penurunan signifikan akibat ketegangan dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat. Langkah Beijing untuk memberlakukan tarif balasan atas barang-barang AS menyebabkan harga acuan minyak mentah AS dan Brent anjlok sekitar 3%. Kekhawatiran akan munculnya perang dagang yang lebih luas telah memicu spekulasi terhadap perlambatan ekonomi global, yang pada gilirannya menekan permintaan minyak. Selain itu, keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi di bulan Mei juga diperkirakan akan memperparah surplus pasar minyak. Dalam situasi ini, pembicaraan antara AS dan Iran menjadi fokus baru karena hasil negosiasi dapat berdampak besar pada pasokan minyak dunia.

Gejolak Dagang Membayangi Pasar Energi

Ketegangan perdagangan internasional semakin memperkeruh prospek stabilitas harga minyak mentah. Setelah pengumuman tarif oleh Tiongkok terhadap produk-produk AS, harga minyak anjlok secara tajam, dengan harga acuan domestik AS turun hingga US$ 55,12 per barel. Ketidakpastian ini dipicu oleh kemungkinan adanya perang dagang yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global serta menurunkan permintaan energi. Sementara itu, langkah OPEC+ untuk mempercepat produksi hanya memperburuk kondisi pasar yang sudah penuh dengan surplus.

Konflik dagang ini menciptakan tekanan dua arah pada pasar minyak. Di satu sisi, kekhawatiran resesi global semakin marak, mengurangi harapan pemulihan permintaan minyak. Di sisi lain, upaya organisasi produsen minyak untuk meningkatkan pasokan justru menambah beban pasar yang sedang lesu. Para analis seperti Helima Croft dari RBC Capital Markets menyoroti bahwa kombinasi antara potensi resesi dan lonjakan pasokan membentuk situasi yang sangat merugikan bagi pelaku industri energi.

Negosiasi Internasional Sebagai Faktor Penentu Pasokan

Selain faktor geopolitik yang melibatkan Tiongkok dan AS, negosiasi antara Amerika Serikat dan Iran juga menjadi sorotan penting dalam dinamika pasar minyak. Pembicaraan yang digelar di Oman beberapa waktu lalu memiliki potensi besar untuk membuka kembali jalur distribusi minyak Iran ke pasar global. Jika kesepakatan tercapai, volume minyak tambahan ini dapat menyeimbangkan defisit atau bahkan memperburuk kelebihan suplai yang ada saat ini.

Hasil dari diskusi tersebut tidak hanya memengaruhi harga minyak tetapi juga bisa menjadi indikator keberlanjutan hubungan diplomatik antara kedua negara. Potensi kembalinya Iran sebagai pesaing utama di panggung internasional dapat menambah kompleksitas bagi para pelaku pasar. Secara umum, situasi ini menunjukkan betapa sensitifnya industri minyak terhadap perubahan politik dan ekonomi global. Oleh karena itu, semua pihak harus waspada terhadap perkembangan selanjutnya guna mengantisipasi volatilitas pasar yang semakin tak terduga.

more stories
See more