Pasar
Pelemahan IHSG Akibat Tekanan Global dan Kebijakan domestik
2025-03-18

Pada hari Selasa, indeks saham utama di Indonesia mengalami penurunan signifikan. IHSG jatuh lebih dari 5%, memicu trading halt yang diberlakukan oleh BEI. Penurunan ini terjadi karena adanya panic selling oleh investor asing serta faktor eksternal seperti perang dagang global dan pelemahan ekonomi domestik. Perubahan kebijakan fiskal pemerintah juga turut memperburuk situasi, dengan proyeksi defisit fiskal naik menjadi 2,9% dari PDB. Institusi keuangan global seperti Goldman Sachs dan Morgan Stanley telah menurunkan peringkat pasar saham Indonesia, mencerminkan ketidakpastian atas prospek ekonomi nasional.

Kondisi Pasar Saham yang Memanas di Tengah Ketegangan Ekonomi

Pada pagi hari di Jakarta, dalam musim semi politik yang penuh ketidakpastian, bursa saham tanah air dilanda gejolak tak terduga. IHSG tercatat turun drastis hingga 7,11% pada titik terendahnya, seiring aksi jual masif oleh investor asing. Penyebab utama penurunan ini adalah kombinasi antara kebijakan baru pemerintah yang dirasa berisiko tinggi dan tekanan global. Presiden Prabowo Subianto baru saja meluncurkan beberapa inisiatif besar, termasuk program pembentukan Badan Pengelola Investasi Danantara dan rencana konstruksi tiga juta rumah, yang dinilai dapat meningkatkan beban anggaran negara.

Berbagai analis menyebut bahwa langkah-langkah tersebut memicu kekhawatiran investor global, terutama setelah dua raksasa keuangan dunia—Goldman Sachs dan Morgan Stanley—menurunkan peringkat saham Indonesia. Goldman Sachs merevisi proyeksi defisit fiskal menjadi 2,9% dari PDB, sementara Morgan Stanley merespons dengan menurunkan peringkat saham Indonesia dari equal-weight menjadi underweight. Kedua lembaga itu mencatat bahwa valuasi pasar saham Indonesia saat ini kurang kompetitif dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti China, yang menunjukkan pemulihan ROE yang lebih kuat.

Aksi jual bersih asing mencapai Rp 849 miliar hanya dalam satu hari, dengan total penjualan mencapai Rp 57,8 triliun selama enam bulan terakhir. Hal ini menunjukkan betapa dalamnya ketakutan investor terhadap masa depan ekonomi Indonesia.

Dari perspektif analisis fundamental, kondisi ini dipengaruhi oleh melemahnya profitabilitas perusahaan-perusahaan di sektor siklikal, serta pergeseran preferensi investasi global menuju pasar yang lebih stabil dan bernilai lebih baik.

Sebagai catatan, IHSG telah mengalami koreksi cukup signifikan sejak awal tahun, bahkan sempat mencapai level terendah dalam lima tahun terakhir. Situasi ini memperlihatkan bahwa pasar modal Indonesia masih rentan terhadap sentimen global dan kebijakan domestik yang tidak sesuai harapan.

Bagi para pelaku pasar, situasi ini memberikan pelajaran penting tentang pentingnya stabilitas fiskal dan kebijakan ekonomi yang transparan. Langkah-langkah pemerintah harus dipertimbangkan secara matang agar tidak memicu reaksi negatif dari investor global. Dengan demikian, Indonesia dapat mempertahankan daya tariknya sebagai tujuan investasi yang menjanjikan.

More Stories
see more